LAPORAN PENELITIAN
PERSPEKTIF PENGUNJUNG DAN MASYARAKAT
TERHADAP POLA INTERAKSI DAN BUDAYA MASYARAKAT PESAREAN GUNUNG KAWI
Proposal Ini Diajukan Guna Memenuhi Mata
Kuliah
Sistem Sosial Dan Budaya Indonesia
Dosen Pengasuh : Nanang Bagus
Sriharjono, S.Sos.,M.AP.
Di Susun Oleh :
VINSENSIUS ATMAT JAYA
2013210105
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANAN TUNGGADEWI MALANG
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadiran Tuhan yang maha esa. Karena berkat karunia-nya saya dapat
menyelesaikan laporan proposal penelitian dengan baik. Tidak lupa juga saya
ucapkan terimaksih kepda Bapak Nanang Bagus Sriharjono,S.Sos.,M.AP selaku dosen
pengampu mata kuliah sistem sosial dan budaya indonesia yang telah membimbing
dan mengarahkan proposal ini dengan judul perspektif
pengunjung dan masyarakat terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean gunung kawi bisa selesai dengan baik. Makalah
saya ini bertujuan untuk menambah wawasan dan menyediakan informasi bagi para
pembaca. Makalah ini berusaha untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam
berpikir, mengkaji, menguji teori ini dan tidak serta percaya begitu saja
dengan teori ini tetapi lebih kritis lagi dalam menerima pengetahuan. Akhirnya
makalah ini membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk mengevaluasi
dan memotivasi penulis untuk mencapai kesempurnaan makalah ini.
Malang, 2014
Penulis
i
Daftar
Isi
Kata
Pengantar.................................................................................................................... i
Pendahuluan......................................................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
1.3.
Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
1.4.
Manfaat......................................................................................................................... 2
Tinjauan
Pustaka.................................................................................................................. 3
2.1.
Penelitian Terdahulu..................................................................................................... 3
2.2.
Perspektif....................................................................................................................... 3
2.3.
Masyarakat................................................................................................................... 5
2.4.
Interaksi
Sosial.............................................................................................................. 6
2.5.
Budaya........................................................................................................................... 6
Metodologi
Penelitian.......................................................................................................... 7
3.1.
Desain
Penelitian.......................................................................................................... 7
3.2.
Lokasi Dan Waktu
Penelitian...................................................................................... 7
3.3.
Fokus
Penelitian........................................................................................................... 7
3.4.
Teknik Pengambilan
Subjek........................................................................................ 7
3.5.
Teknik Pengambilan
Data............................................................................................ 7
3.6.
Analisa
Data.................................................................................................................. 7
3.7.
Keabsahan
Data............................................................................................................ 8
Hasil
Dan
Pembahasan........................................................................................................ 9
4.1.
Profil Desa Wonosari Secara
Umum........................................................................... 9
4.2.
Perspektif Pengunjung Dan
Masyarakat................................................................... 10
4.3.
Pola Interaksi Masyarakat.......................................................................................... 11
4.4.
Budaya
Masyarakat..................................................................................................... 11
Penutup................................................................................................................................. 12
5.1.
Kesimpulan.................................................................................................................... 12
5.2.
Saran Dan
Opini............................................................................................................ 12
Daftar
Pustaka..................................................................................................................... 13
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Desa
wonosari adalah suatu desa yang terkenal dengan wisata ziarah yang beraneka
ragam. Proses asimilasi terjadi karena adanya proses interaksi di warga
masyarakat. Hal ini bisa diperhatikan lewat bangunan-bangunan lokasi wisata.
Desa
wonosari adalah tempat sakral (suci) dimana di lokasi tersebut terdapat makam
kedua tokoh agama islam dari kerajaan mataram abad ke-19. Karena kegagahan
mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia sehingga banyak orang
yang datang untuk berziarah.
Pada
tahun 1980-an desa wonosari yang disebut kawasan pesarean gunung kawi menjadi tempat wisata
ziarah. Selain itu, terdapat
dua arsitektur baru yaitu kuil dewi kwan im dan ciamsi. Hal tersebut menjadikan
kawasan tersebut membawa perubahan yang tidak hanya terjadi bagi masyarakat
gunung kawi tetapi juga bagi setiap pengunjung. Pengunjung yang datang tidak
hanya di dominasi oleh pengunjung islam. Selain itu, berkembangnya status pesarean
dari kawasan ziarah menjadi kawasan wisata menjadikan banyak pengunjung yang
berdatangan.
Berkembangnya
kawasan pesarean
gunung kawi menjadi wisata daerah tentu membawa alasan yang logis, yakni
menumbuhkan semangat ekonomi, dimana masyarakat mengalami kemajuan di bidang
sarana dan prasarana, lapangan pekerjaan, dan masyarakat yang beralih profesi.
Segi
positif di atas merupakan hasil dari interaksi masyarakat sekitar dengan para pengunjung.
Masyarakat sangat antusias menyambut setiap pengunjung yang datang. Apalagi
pada saat perayaan gebyar 1 syuro kemarin, partisipasi masyarakat sangat
tinggi. Namun ada juga masyarakat yang memiliki perspektif kalau gunung kawi
adalah tempat pesugihan. Perspektif tersebut menjadi berita yang semakin luas
sehingga banyak orang datang ke kawasan tersebut untuk mencari pesugihan.
Buktinya dapat terlihat, banyak pengunjung yang datang berdoa di bawah pohon
dewandaru dengan harapan akan kaya dengan kejatuhan buah atau daun pohon dewa
ndaru. Ada juga pengunjung yang datang tidur di sekitar makam dengan harapan
mereka di beri ilham atau pewahyuan.
Berangkat
dari hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, perspektif pengunjung terhadap
kawasan wisata gunung kawi, pola interaksi masyarakat, dan perkembangan sosial
dan ekonomi timbul satu pemikiran penulis untuk melakukan penelitian dengan
perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean
gunung kawi.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : mengetahui perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan
budaya masyarakat pesarean gunung kawi.
1.3. Tujuan penulisan
Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis dan mengetahui apa yang melatarbelakangi munculnya
pesarean gunung kawi serta mengetahui secara mendalam perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan budaya
masyarakat pesarean gunung kawi.
1.4.
Manfaat
1. Memberikan
informasi yang akurat bagi para pembaca tentang perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan budaya
masyarakat pesarean gunung kawi.
2. Sebagai
bahan referensi untuk kemajuan desa wonosari dan peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa
penelitian terkait persepsi masyarakat
terhadap pesarean gunung kawi. Irawati (2007), melakukan penelitian dengan
judul “ persepsi masyarakat tentang pesarean masyarakat kawi” : studi pada
pengunjung obyek wisata pesarean gunung kawi. Penelitian ini bertujuan
bagaimana mengetahui persepsi pengunjung tentang pesarean gunung kawi. Tipe
penelitian yang dipakai adalah penelitian deskripsi dengan jenis data
kualitatif dimana sifatnya alamiah, penelitian deskripsi dimaksudkan untuk
klasifikasi mengenai satu fenomena atau kenyataan sosial, pendekatan yang
dipakai lebih bersifat natural setting. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah
wawancara atau interview, observasi dan dokumentasi. Teknik analisa data
penelitian dengan pendekatan kualitatif yang pada prinsipnya berproses dalam
induksi, interpretasi, dan konseptualisasi.
Setelah melewati berbagai penelitian
akhirnya dapat diketahui hasil penelitian ini bahwa persepsi pengunjung
pesarean gunung kawi cukup bervariasi disamping mereka yang paham terhadap
komponen-komponen didalam pesarean gunung kawi tersebut, ada juga pengunjung
pesarean yang kurang paham terhadap komponen-komponen didalam pesarean gunung
kawi. Untuk mereka yang paham adalah mereka yang sering berkunjung sedangkan
responden yang kurang paham adalah mereka yang baru pertama kali atau belum
pernah berkunjung. Sementara persepsi negatif adanya pesugihan adalah mereka
yang baru pertama kali datang berziarah.
2.2.
Perpsektif
Perspektif merupakan kumpulan asumsi
maupun keyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang
suatu hal berdasarkan cara-cara tertentu. Perspektif adalah kerangka kerja konseptual,
sekumpulan asumsi, nilai, dan gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia
sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu. Perspektif
membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena
yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional.
Perspektif
sosiologi menekankan pada konteks sosial dalam mana manusia hidup. Perspektif
sosiologi mengkaji bagaimana konteks tersebut mempengaruhi kehidupan manusia.
Inti dari perspektif sosiologi adalah pertanyaan bagaimana kelompok
mempengaruhi manusia, khususnya bagaimana manusia mempengaruhi masyarakatnya. Beberapa
manfaat dari perspektif sosiologi adalah sebagai berikut :
1.
Menantang
(mendorong) untuk meninjau kembali pemahaman kita dan orang lain tentang
pemahaman yang familiar.
2.
Memungkinkan
kita untuk memperoleh dan mengetahui kesempatan atau dan kendala dalam
kehidupan kita.
3.
Memberdayakan
kita untuk menjadi lebih aktif berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat menuju
kebaikan bersama.
4.
Menolong
kita untuk mengenali perbedaan (pluralitas) manusia dan menghadapi tantangan
kehidupan dalam dunia yang bervariasi (diverse).
(Sumber : Zainal Muttakim, 2011).
Berdasarkan perspektif struktural fungsional ada beberapa
ciri-ciri pokok, antara lain :
1.
Gagasan
tentang kebutuhan masyarakat (social needs).
2.
Masyarakat
serupa dengan organisme biologis.
3.
Masyarakat
sebagai sistem sosial.
Talcot parsons
berpendapat bahwa mempelajari masyarakat sama dengan mempelajari tubuh manusia.
Struktur tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu
sama lain. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai kelembagaan yang saling
terkait dan bergantung satu sama lain. Oleh karena setiap bagian tubuh manusia
memiliki fungsi yang jelas dan khas, begitu pula setiap bentuk kelembagaan
dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu
untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat
tersebut. Functional imperative menggambarkan empat tugas utama yang harus
dilakukan agar masyarakat tidak mati, yaitu :
1.
Adaptation
the environment. Contohnya lembaga ekonomi.
2.
Goal
attainment. Contohnya pemerintah mencapai tujuan bersama.
3.
Latentcy.
Contohnya Keluarga dan lembaga pendidikan bertugas untuk usaha pemeliharaan.
4.
Integration.
Contohnya lembaga hukum dan agama.
Analogi dengan
tubuh manusia mengakibatkan parsons merumuskan konsep keseimbangan dinamis- stasioner, jika satu bagian
tubuh manusia berubah maka bagian lain akan mengikutinya. Demikian juga dengan
masyarakat, masyarakat selalu mengalami perubahan tetapi teratur. Perubahan
sosial terjadi pada satu lembaga akan berakibat di lembaga lain untuk mencapai
keseimbangan baru.
2.3.
Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara
mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggotanya (Emile
Durkheim, 1951). Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat atau community. Community mempunyai dua arti (Talizi, 1990:49)
adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai
kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi yang sama, memiliki kebudayaan
dan sejarah yang sama.
2.
Sebagai
suatu pemukiman yang terkecil di atasnya ada kota kecil (town), dan di atas
kota kecil ada kota besar (city).
Komunitas adalah manusia yang hidup bersama dalam ekologi
setempat dengan batasan wilayah yang biasa (Wilkinson, 1986). Masyarakat akan
di sebut hidup jika didalamnya terdapat sebuah pergaulan atau kehidupan
bersama, maka masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Manusia
yang hidup bersama
Secara teoritis
jumlah manusia yang hidup bersama itu ada dua orang. Dalam ilmu sosial,
khususnya sosiologi tidak ada ukuran mutlak atau angka pasti untuk menentukan
berapa jumlah manusia yang ada.
2.
Bergaul
selama jangka waktu yang cukup lama.
3.
Adanya
kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan (Emile
Durkheim Dalam Buku Soleman B. Taneko, 1984 :11). Definisi lain menyebutkan
bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiyu, dan yang terikat oleh
suatu ras identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang
memiliki keempat ciri, yaitu :
a.
Interaksi
antar warga-warganya.
b.
Adat
istiadat.
c.
Kontinuitas
waktu.
d.
Ras
identitas kuat yang mengikat semua warga.
(Koentjaraningrat,
2009 :115-118).
2.4. Interaksi sosial
Soerjono soekanto berpendapat bahwa interaksi sosial
adalah proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika
individu dan kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan
hubungan sosial. Bahwasanya masyarakat adalah hasil dari pertemuan antara
individu-individu baik yang di sengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu
interaksi sosial masyarakat akan selalu mengalami perubahan sosial dalam suatu
sistem sosial. Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari
sistem sosial sebagai satu kesatuan (Hawley, 1978 :787). Interaksi sosial akan
berlaku dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dilakukan
dengan baik pula. Menurut soerjono soekanto interaksi tidak akan terjadi tanpa
ada syaratnya, antara lain sebagai berikut :
a.
Komunikasi
Komunikasi adalah
proses dimana kita bisa memahami dan dipahami. Proses dinamis dan secara
konstan (Anderson, 1959). Dalam interaksi komunikasi sangat dibutuhkan guna
terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok sosial. Komunikasi hal
utama yang perlu dikaji dalam interaksi sosial apalagi di masyarakat yang
majemuk.
b.
Kontak
sosial
Kontak berasal dari
bahasa inggris “contact” artinya menyentuh. Berarti kontak sosial adalah
bersama-sama menyentuh.
2.5. Budaya
Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah” yang bearti budi atau
akal. Menurut Edward B.Taylor kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat. Dalam budaya sering kita jumpai istilah adat istiadat. Adat
istiadat merupaka tradisi atau kebiasaan yang nantinya menjadi budaya. Adat
istiadat adalah dalil dan ajaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam
masyarakat. Adat yang lebih nyata yang
menjadi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Mohammad Daud Ali,
1999:196).
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain
penelitian
Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi partisipan. Sedangkan
jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif dengan jenis data
kualitatif dengan sifat alamiah. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
mengklarifikasi satu realita sosial atau fenomena, dengan pendekatan natural setting. Peneliti sebagai alat
utama untuk mengumpulkan data, baik observasi maupun teknik wawancara.
3.2. Lokasi
Dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di kawasan wisata pesarean gunung kawi Desa Wonosari Kecamatan
Wonosari Kabupaten Malang dan penelitian ini laksanakan pada hari jumat-sabtu
24-25 oktober 2014.
3.3. Fokus
Penelitian
Dari semua
penjelasan sebelumnya peneliti hanya memfokuskan penelitian ini pada scope
sebagai berikut :
1. Perspektif yang dimiliki masyarakat dan pengunjung pada
pesarean gunung kawi.
2. Pola interaksi masyarakat dan pengunjung di pesarean
gunung kawi.
3. Budaya masyarakat pesarean gunung kawi.
3.4. Teknik
Pengambilan Subjek
Sampel diambil
secara accidental sampling technique, tujuannya adalah untuk memperoleh
informasi pertama dengan mewawancarai pengunjung atau masyarakat setempat.
Untuk pengunjung yang dijadikan sampel adalah mereka yang baru pertama kali
datang, sering datang, dan jarang datang ke pesarean gunung kawi.
3.5. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik yang peneliti gunakan pada
saat melaksanakan penelitian adalah dengan wawancara atau interview, namun
lebih dominan pada observasi.
3.6. Analisa
Data
Peneliti
menggunakan grounded theory dalam menganalisa data. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Mengorganisir data
2. Membaca semua data.
3. Membentuk kelompok fenomena yang dipelajari (open
coding).
4. Mengidentifikasi peristiwa, melakukan penyelidikan, dan
menggambarkan peristiwa yang terjadi (axial coding).
5. Mengidentifikasi alur ceritanya (selective coding).
3.7. Keabsahan
Data
Data memiliki kredibilitas yang tinggi karena melalui triangulasi
dan peer debriefingterhadap apa yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini
dapat dijadikan acuan untuk fenomena yang sama.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.6. Profil
Desa Wonosari Secara Umum
Wonosari
adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Jawa
Timur. Desa wonosari terletak dilereng selatang gunung kawi, dengan ketingggian
± 800 meter di atas permukaan laut yang merupakan hasil pemekaran desa kebobang
kecamatan ngajum pada tahun 1986 menjadi
desa wonosari kecamatan wonosari dengan jumlah penduduk 6.677 jiwa. Desa wonosari
terbagi atas empat (4) dusun, yaitu :
1. Dusun wonosari.
2. Dusun sumbersari.
3. Dusun pijiombo.
4. Dusun kampung baru.
Dari keempat
dusun di atas masing-masing memiliki karakteristik dan historis yang
berbeda-beda. Kedudukan desa wonosari merupakan desa wisata ritual. Hal ini
menjadikan desa wonosari banyak didatangi pengunjung baik domestik maupun
mancanegara. Dengan perkembangan yang zaman desa wonosari pun berkembang
menjadi kawasan pesarean gunung kawi dimana pada setiap tahunnya pihak
pemerintah desa beserta warga menyelenggarakan kegiatan yang dinamakan gebyar 1
syuro. Gebyar 1 syuro diadakan guna melestarikan dan mengenang jasa Eyang Djogo
dan Eyang Soejono. Kedua tokoh adalah keturunan penguasa keraton mataram
yogyakarta yang memerintah di abab yang sama (Soeryowidagdo, 1989:3)
Berdasarkan
historis keberadaan desa wonosari tidak lepas dari keberadaan dua makam
bersejarah yang menjadi sentral wisata religi di gunung kawi. Kedua makam itu
adalah Mbah Djogo atau kyai zakaria dan RM.Seodjono.Kedua tokoh adalah pengikut
dari Pangeran Diponegoro. Eyang djugo adalah penasehat Pangeran Diponegoro yang
melarikan diri pasca menyerahnya Pangeran Diponegoro ke tangan Belanda tahun
1830. Beliau melarikan diri ke arah timur pulau jawa, tepatnya di Jawa Timur.
Beliau mulai menetap dan menjadi warga kepanjen, malang.
Pada tahun
1986 desa wonosari adalah desa persiapan setelah pemekaran kecamatan ngajum.
Pada saat itu P.J Kepala Desa di jabat oleh bapak Tasmain. Beberapa tahun
kemudian pada 7 maret 1989 berkembang menjadi desa definif. Pada tahun 1990
terjadi pergantian kepada desa saat itu dijabat oleh bapak mulyo setiyono
hingga tahun 1996. Pada tahun 1998 kepala desa di jabat oleh bapak banjir (PJS)
karena bapak mulyo setiyono tidak selesai menjabat. Pada tahun 1998 bapak gigih
guntoro terpilih sebagai kepala desa hingga 2006. Pada tahun 2007 pemilihan
kepala desa kembali dilakukan dan bapak Kuswanto,S.H. menjabat sebagai kepala
desa hingga sekarang.
4.2. Perspektif
Pengunjung Dan Masyarakat Terhadap Pesarean Gunung Kawi
Perspektif
adalah pandangan seseorang terhadap objeknya yang ada di sekitarnya. Setiap
orang pasti memiliki perspektif yang
berbeda-beda dalam menilai atau memperhatikan objek yang ada. Sebut saja
objeknya adalah apa yang ada di kawasan pesarean gunung kawi. Dari hasil
penelitian, peneliti mengklasifikasi ada beberapa perspektif.
Dari
observasi yang dilakukan peneliti melihat bahwa pengunjung yang datang memiliki
tujuan yang beragam. Kawasan pesarean banyak dikerumni pengunjung yang datangn
dari berbagai kota dan negara. Pada observasi peneliti lebih terfokus pada
kawasan makam Eyang Djugo atau Kyai Zakaria. Peneliti melihat ada keunikan yang
terjadi di sekitar makam. Para pengunjung lebih memilih tidur di jalan atau
sekitar makam yang sebenarnya bukan tempat tidur layak. peneliti mewawancarai
seorang bapak yang bernama johan. Beliau adalah pengunjung yang boleh dikatakan
sering berkunjung ke pesarean gunung kawi.
Berdasarkan keterangan yang beliau lontarkan
bahwa pengunjung yang datang bukan saja didominasi pengunjung islam saja,
tetapi ada juga kristen, hindhu, budha, dan lainnya. Beliau adalah berkeyakinan
budha yang tujuan datang ke pesarean gunung kawi untuk menenangkan diri atau
refreshing. Beliau juga mengatakan bahwa pengunjung yang datang dan tidur di
kawasan makam Eyang Djugo memiliki tujuan supaya mendapat ilham atau pewahyuan
dari roh-roh gaib di sekitar makam. Peneliti menyimpulkan bahwa dari kebanyakan
pengunjung yang datang dan berkunjung adalah mereka yang sedang libur atau
mengisi kekosongan liburan sambil menonton gebyar 1 syuro.
Bukan hanya pengunjung yang memiliki perspektif terhadap
pesarean gunung kawi. Peneliti juga mengamati kegiatan sehari-hari masyarakat
setempat. Masyarakat setempat lebih banyak menggantungkan hidupnya sebagai
petani dan profesi yang berkaitan dengan kawasan wisata. Peneliti juga mewawancarai
salah seorang masyarakat asli Rw 09 yang bernama Dian. Dian atau mas Dian ini
adalah warga asli gunung kawi. Dia menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat
setempat. Dia juga sempat menjelaskan bahwa perilaku sosial ekonomi masyarakat
setempat adalah mengandalkan sektor pariwisata. Dengan berjualan makanan,
bunga, dan pernak-pernik. Dian juga menjelaskan kalau masyarakat pesarean hanya
akan ramai dikunjungi pada saat jumat legi atau gebyar 1 syuro. Pada hari biasa
tidak tampak aktivitas yang mencolok.
4.3.
Pola Interaksi Masyarakat Pesarean Gunung Kawi
Masyarakat pesarean gunung kawi cenderung memiliki sikap
yang ramah. Terbukti saat peneliti melakukan wawancara, warga setempat sangat
mengapresiasi maksud kedatangan kami. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap
interaksi yang terjadi di masyarakat. Masyarakat pesarean gunung kawi cenderung
memiliki kepentingan yang berbeda. Bahkan masyarakat setempat lebih mementingkan
jenis usaha mereka daripada hal yang bersifat gotong royong. Terlihat bahwa
kawasan wisata atau di sepanjang jalan yang kotor dan tidak ada upaya dari
pemerintah desa untuk menggerakkan warga untuk bekerja bakti. Berdasarkan hasil
observasi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam memelihara fasilitas umum
masyarakat setempat kurang peduli. Kurangnya sosialisasi juga menjadi penyebab
utama masyarakat tidak antusias dalam kegiatan tersebut.peneliti juga melihat
bahwa antara pemerintah desa dengan masyarakat memiliki interaksi yang boleh
dikatakan kurang baik. Terbukti yang terlibat dalam kegiatan hanya orang-orang
yang dekat dengan kepala desa.
4.4.
Budaya Masyarakat Pesarean Gunung Kawi
Budaya erat
kaitannya dengan tradisi yang ada di kawasan pesarean gunung kawi. Berdasarkan
observasi yang dilakukan, peneliti melihat bahwa budaya masyarakat pesarean
masih sangat kental dengan tradisi atau ritual adat jawa pada umumnya.
Pada budaya
gunung kawi terdapat keunikan tersendiri diantaranya adalah warga desa wonosari
terdiri dari beragam suku bangsa, ada yang jawa, madura tionghoa dan
sebagainya. Pada saat perayaan gebyar 1 syuro semua perempuan diwajibkan
memakai kebaya dan mengikuti adat jawa. Setiap RW wajib membuat ogo-ogo raksasa
yang menelan biaya puluhan juta rupiah. Tak dapat dipungkiri bahwa keunikan
desa wonosari menjadi keunikan yang khas dan sudah tersohor ke seluruh
nusantara bahkan sampai ke negara tetangga.
Masyarakat desa wonosari boleh dikatakan masyarakat yang
heterogen karena memiliki berbagai kepentingan yang berbeda. Namun demikian
mereka tetap menjaga kerukunan dalam bermasyarakat, saling menghormati dan
menghargai satu sama lain. Karena bagi mereka, hidup rukun itu sangatlah
penting di terapkan di pesarean gunung kawi. Tanpa di sadari pergeseran budaya
religi pun terus terjadi, kawanan pesarean yang dikenal dengan kawasan wisata
religi kini sudah berubah menjadi kawasan untuk mencari kepentingan pribadi
semata. Namun pengaruh tersebut tidak mengurangi semangat masyarakat pesarean
dalam melestarikan budaya yang menjadi keunikan desa wonosari secara
spesifiknya, kabupaten malang pada umumnya.
BAB
V
PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan peneliti
menarik beberapa kesimpulan, diantaranya :
5.1.
Kesimpulan
1.
Setiap
pengunjung memiliki perspektif yang bervariasi tentang masyarakat pesarean
gunung kawi.
2.
Pengunjung
memiliki tujuan yang berbeda-beda berziarah ke gunung kawi.
3.
Masyarakat
pesarean gunung kawi cenderung bersifat heterogen.
4.
Pengunjung
yang datang sangat beragam, mulai dari islam, hindhu, budha, kristen dan lain
sebagainya.
5.
Masyarakat
pesarean gunung kawi masih memegang erat budaya ritual sebagai tradisi adat
jawa pada umumnya.
6.
Masyarakat
pesarean gunung kawi cenderung tidak memiliki komunikasi yang dekat dengan
sesamanya. Dikarenakan mereka lebih mementingkan kepentingan masing-masing.
5.2.
Saran Dan Opini
1.
Peneliti berharap hasil penelitian ini berguna
untuk setiap yang membacanya.
2.
Perlu
perhatian khusus untuk kawasan wisata seperti pesarean gunung kawi.
3.
Perlu
ada perbaikan fasilitas umum supaya sarana yang ada dapat digunakan lebih
memadai lagi.
4.
Perlu
adanya komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang terlibat dalam memperingati
gebyar 1 syuro.
5.
Perlu
perhatian dari pemerintah desa setempat kepada setiap mahasiswa yang terlibat
dalam penyelenggaraan kegiatan yang di adakan.
6.
Peneliti
berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimandan . 2004. Sosiologi
Perubahan Sosial . Prenada Media. Jakarta Timur.
Irawati, Dinnie. 2007. Persepsi Masyarakat tentang
Pesarean Gunung Kawi : Studi pada Pengunjung Obyek Wisata Pesarean Gunung Kawi. (14/06/2012).
Zaenal,
Muttaqin.
2011. Sosiologi dan Politik. Universitas Serang Raya.
Wagiyo. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007, Hlm. 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar