Jumat, 14 November 2014

analisis sosial dan lingkungan

Tingkat Kesadaran Masyarakat Tidak Mampu Dalam Mengendalikan Lingkungan
Tugas Ini Diajukan Guna Memenuhi Mata Kuliah Analisis Sosial Dan Lingkungan




LOGO+UNITRI.jpg

Dosen Pengasuh :
Dr.Ir. Amir Hamzah, MP.

Di susun oleh :
       Vinsensius Atmat Jaya
        
               (2013210105)



PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
2014





Kata pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat Rahmat dan Karunia-NYA saya boleh menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr.Ir. Amir Hamzah, MP. selaku dosen pengampuh mata kuliah Analisis Sosial Dan Lingkungan yang telah memberikan kesempatan sekaligus membimbing  kami untuk menyelesaikan tugas saya dengan judul Tingkat Kesadaran Masyarakat Tidak Mampu Dalam Mengendali Lingkungan. Makalah saya ini bertujuan untuk menambah wawasan dan menyediakan informasi bagi para pembaca. Makalah ini berusaha untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam berpikir, mengkaji, menguji teori ini dan tidak serta percaya begitu saja dengan teori ini tetapi lebih kritis lagi dalam menerima pengetahuan. Akhirnya makalah ini membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk mengevaluasi dan memotivasi penulis untuk mencapai kesempurnaan makalah ini.









Malang, 2014
penulis,










Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................i
Pendahuluan...............................................................................................1
1.1.Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3.Tujuan Penulisan..................................................................................3
Pembahasan................................................................................................4
2.1. Kemiskinan..........................................................................................4
            2.1.1. Kondisi Masyarakat Miskin.................................................      5
            2.1.2. Faktor Penyebab Kemiskinan...............................................     5
            2.1.3. Peran Pemerintah..................................................................     6
2.2. Lingkungan...........................................................................................    7
            2.2.1. Upaya Pengendalian Dan Dampaknya.................................      7
            2.2.2. Peran Masyarakat Tidak Mampu..........................................     8
Penutup........................................................................................................   9
1.1.  Kesimpulan..........................................................................................    9
1.2.  Saran....................................................................................................    9
Daftar Pustaka................................................................................     ............10

           
  

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang selalu dihadapkan dengan masyarakat, khususnya negara-negara berkembang. Kemiskinan selalu menjadi sorotan publik, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus dilakukan guna mengetahui motif penyebab kemiskinan ini. Di indonesia, kemiskinan merupakan masalah sosial yang relevan untuk di kaji. Bukan saja masalah kemiskinan yang sejak lama, melainkan pula dampak kemiskinan bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Hal yang sangat menarik adalah bagaimana tingkat kemiskinan itu berkaitan dengan erat dengan pendapatan setiap orang. Pendapatan setiap orang pastinya berbeda tergantung jenis pekerjaan atau profesi yang dimiliki. Rata-rata penduduk di indonesia adalah berprofesi sebagai petani. Oleh sebab itu, banyak dari masyarakat kita yang bekerja di lahan pertanian.
Permasalahannya saat ini lahan atau lingkungan produktif yang ada di indonesia sudah semakin sempit. Kurangnya lahan produktif tersebut menyebabkan banyak masyarakat kita yang tidak bekerja atau sering disebut dengan istilah pengangguran. Banyak yang menjadi penyebab minimnya lahan produktif yang ada di indonesia, salah satunya permintaan akan jumlah pemukiman warga yang semakin meningkat.  Padahal jika sumber daya alam tersebut kita kelola dengan baik pasti akan memberikan pendapatan yang cukup untuk masyarakat menengah ke bawah. Banyak sekali lahan produktif sekarang dialih fungsikan karena ulah orang yang tidak memperhatikan dampak lingkungan. Namun fakta lapangan menyatakan bahwa lahan-lahan produktif tersebut banyak di gunakan untuk kepentingan orang-orang kelas menengah ke atas sehingga menyebabkan masyarakat yang tidak mampu atau miskin hanya sebagai penonton kepentingan mereka. Fenomena yang terjadi saat ini memang tidak dapat kita hindari. Perkembangan paham-paham seperti kapitalisme, konsumtif, dan hedonistik sudah menjadi tantangan masalah penbangunan di indonesia. Pemerintah harus merumuskan kebijakan penanganan kemiskinan di indonesia, ( suharto 2006 : 133 ). Konsepsi kemiskinan sangat dekat dengan perspektif pekerjaan sosial yang memfokuskan pada konsep keberfungsian sosial dan senantiasa melihat manusia dalam konteks lingkungan dan situasi sosialnya. Fakta yang terjadi saat ini adalah bagaimana masyarakat yang tidak mampu atau miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kajian ini menjadikan saya tertarik untuk meneliti ini. Banyak lahan di indonesia yang di sulap menjadi sektor industri. Pasalnya, banyak sekali fungsi lahan-lahan tersebut dalam membantu mengurangi pemanasan global saat ini. Kemiskinan bukan saja berurusan dengan persoalan ekonomi tetapi bersifat multidimensional karena dalam kenyataannya juga berurusan dengan persoalan-persoalan non-ekonomi (sosial, budaya, dan politik).
Berbicara masalah lingkungan, Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Saat ini lingkungan yang alami sudah tercemar. Karena campur tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Banyak lahan-lahan yang seharusnya difungsikan sebagai lahan produtif yang ramah lingkungan seperti area persawahan, perkebunan dan lain-lain telah dilaih fungsikan. Pengalihan fungsi lahan tersebut biasanya digunakan untuk proyek pembangunan ruko, apartemen dan kos-kos. Kegiatan tersebut hanya akan merusak fungsi lingkungan seperti kesuburan tanah. Disisi lain, yang diuntungkan hanya segenlintir orang mampu membangun ruko, apartemen, dan lain sebagainya. Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, mulai memperketat upaya alih fungsi lahan, khususnya lahan pertanian produktif yang dilakukan pengembang maupun investor.


1.2. Rumusan masalah
1.      Apakah penyebab kemiskinan di Indonesia ?
2.      Bagaimana kondisi masyarakat miskin saat ini ?
3.      bagaimana upaya pemerintah dalam menangani kemiskinan saat ini ?
4.      Apa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan lahan yang tidak bertanggung jawab ?
1.3. Tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kemiskinan saat ini.
2.      Untuk mengetahui kondisi atau situasi yang terjadi di masyarakat tidak mampu.
3.      Untuk memahami upaya-upaya atau kebijakan yang dibuat pemerintah dalam menangani kemiskinan saat ini.
4.      Untuk mengetahui dampak apa saja yang akan terjadi jika lahan yang digunakan tidak bertanggung jawab.


















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kemiskinan
        Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan no makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan no makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jas lainnya. (BPS dan Depsos, 2002:4)
        Namun demikian, secara luas kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai serba kekurangan : kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan masyarakat (SMERU dalam Suharto et,al.,2004). Kemiskinan dunia terjadi diberbagai negara terutama di benua Afrika. Sedikitnya sekali dalam satu dekade, Afrika selalu mengalami kelaparan.
        Perlu kiranya untuk mencoba melihat beberapa aspek kemiskinan yang patut untuk diperhatikan (Hadi, 1987), yaitu :
1.      Kemiskinan bersifat multidimensional. Artinya, kebutuhan manusia beraneka ragam sehingga kemiskinan juga memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin aset, organisasi sosial dan politik, dan pengetahuan serta keterampilan. Aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber keuangan, dan informasi.
2.      Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti, bahwa kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.
3.      Yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif. Kita sering mendengar perkataan kemiskinan pedesaan, kemiskinan perkotaan, dan sebagainya. Namun, ini bukan berarti bahwa desa atau kota yang mengalami kemiskinan juga berpenduduk miskin.



     2.1.1. Kondisi Masyarakat Miskin
            Masalah kemiskinan merupakan isu pokok di Tanah Ait, terutama setelah Indonesia dilanda krisis multidimensional yang memuncak pada periode 1997-1999. Setelah dalamkurun waktu 1976-1996 tingkat kemiskinan menurun secara spektakuler dari 40,1 persen menjadi 11,3 persen, jumlah orang miskin menugkat kembali dengan tajam, terutama pada krisis ekonomi. Studi yang dilakukan BPS, UNDP, dan UNSFIR menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada periode 1996-1998, meningkat dengan tajam dari 22,5 juta jiwa (11,3%0 menjadi 49,5 juta jiwa (24,2%) atau bertambah sebanyak 27,0 juta jiwa (BPS,1999).
Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen) (BPS, 2013). Pada periode September 2012-Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit (BPS, 2013).
2.1.2. Faktor Penyebab Kemiskinan Di Tanah Air
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas lagi, David Cox (2004:1-6) membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi :
1.      Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah..
2.      Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan social. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.
3.      Kemiskinan konsekuensial.
Secara umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker, 2002), yaitu: 
1.      Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderung diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud seperti malas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja. Seseorang yang sudah bekerja namun karena sesuatu hal akhirnya ia diberhentikan (PHK) dan selanjutnya menjadi miskin.
2.      Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa dia kedalam kemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian secara terus menerus dan turun temurun.
            2.1.3. Peran Pemerintah
Dalam suatu negara, peran pemerintah sangat menentukan, baik dalam membuat masyarakat menjadi miskin, maupun keluar dari kemiskinan.  Kebijakan yang kurang tepat dan ketidakpberpihakan terhadap masyarakat miskin akan menciptakan kemiskinan yang lebih banyak dan lebih dalam. 
Sebagai contoh,
izin yang diberikan pemerintah kepada pengusaha untuk membuka perkebunan besar, terkadang menimbulkan kemiskinan. Hutan yang dibabat dan dijadikan kebun sawit, dapat membuat keringnya sungai dan irigasi.
Akibatnya sawah dan kolam telah kering, masyarakat tidak dapat  lagi menanam padi. Akhirnya mereka terpaksa  menjadi buruh harian kebun (bila diterima) yang sesungguhnya mereka tidak punya keahlian dibidang itu. Mereka tidak dapat lagi menyekolahkan anaknya dan akhirnya terperangkap dalam kemiskinan.
Kebijakan pemerintah membolehkan supermarket dan pasar mode
rn masuk hingga ke tingkat kecamatan juga akan berdampak terhadap pasar tradisional yang sebahagian besar dikelola oleh masyarakat kelas bawah. Kebijakan yang berpihak pada pasar bebas dan kurang peduli dengan kesiapan para petaninya sendiri tentu akan berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat dan akhirnya berujung pada kemiskinan. 
2.2. Lingkungan
            Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Demikian pengertian lingkungan hidup sebagaimana dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan lingkungan hidup yang tiada terkira, sayangnya tingkat kerusakan lingkungan hidup di Indonesia juga sangat tinggi dan memiriskan. Namun saat ini lingkunagan hidup sudah tercemar. Banyak ekosistem yang ada di dalam sudah mulai berkurang. Seperti semua binatang yang ada di darat, laut. Bahkan populasi pepohonan saat ini sudah semakin berkurang. Penebangan secara liar, pencemaran air laut, dan masih banyak lagi yang menyebabkan lingkungan sekitar kita rusak. Hal yang sangat memprihatinkan adalah banyaknya bangunan-bangunan seperti ruko, apartemen, bahkan perumahan. Semuanya itu hanyalah untuk kepentingan bisnis semata tanpa mementingkan kelestarian lingkungan ini.
Perusakan habitat adalah kegiatan yang sering kali dilakukan oleh manusia. Perusakan habitat tidak selalu bernilai negatif, tetapi juga bernilai positif. Adanya tanaman rerumputan akan menyebabkan banyak orang di luar daerah pertanian dating untuk memanfaatkannya sehingga dapat berakibat terganggunya daerah pertanian (Bye, 1981).
2.2.1. Upaya Pengendalian Serta Dampaknya
Carter (1996) mengemukakan bahwa konsep pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan pesisir dan laut berbasis masyarakat memiliki beberapa aspek positif yaitu;
1) mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan;
(2) mampu merefleksikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal yang spesifik;
(3) mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat yang ada;
(4) mampu meningkatkan efisiensi secara ekonomis maupun teknis;
(5) responsif dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan lingkungan lokal;
(6) mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen; serta
(7) masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.
Dampak dari penggunaan lahan yang tidak ramah lingkungan :
1.      Alih fungsi lahan.
2.      Pencemaran agrokimia.
3.      Pencemaran industri.
4.      Pertambangan dan bahan galian C.
2.2.2.      Peran Masyarakat Tidak Mampu Dalam Memelihara Lingkungan.
Pada umumnya masyarakat tidak mampu banyak bermukim di Wilayah yang kumuh. Wilayah kumuh adalah wilayah yang sudah tercemar dengan sampah, dan sisi pembuangan. Mereka yang bermukim di wilayah tersebut adalah kaum buruh, petani, bahkan pemulung. Dari profesi yang mereka kenakan, ada pesan moral yang sangat berharga. Mereka hidup di lingkungan yang sebelumnya digunakan oleh segenlintir orang untuk kepentingan bisnis yang tidak ramah lingkungan. Saat ini dampaknya sudah sangat terasa, dimana lingkungan tempat tinggal mereka di penuhi dengan bau sampah. Beberapa tindakan yang mereka lakukan dalam mengendalikan lingkungan adalah :
1.      Pendidikan dan pelatihan.
2.      Bimbingan dan persampahan.
3.      Pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup.
4.      Pemantauan kualitas lingkungan hidup.
5.      Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
6.      Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup
7.      Koordinasi pengelolaan konservasi sumber daya alam/pengendalian pencemaran
8.      Pengujian emisi udara akibat aktivitas industri
BAB III
PENUTUP
Dari makalah yang dibahas maka penulis memberi kesimpulan dan saran, antara lain :
3.1.  Kesimpulan
1.      Dari latar belakang masalah penulis menyimpulkan bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial di negara-negara berkembang.
2.      Dari latar belakang masalah penulis menemukan masalah lingkungan hidup dapa mempegaruhi kehudupan ekonomi masyarakat tidak mampu.
3.      Dari rumusan masalah penulis menjelaskan bahwa kemiskin disebabkan oleh globalisasi.
4.      Penulis juga menyimpulkan bagaimaana peran pemerintah dalam menengani masalah lingkungan hidup dan mengentas kemiskinan.
5.      Penulis menyimpulkan bahwa peran masyarakat tidak mampu sangat besar dalam mengendalikan lingkungan.
3.2. Saran
1.      Penulis berharap penulisan makalah ini bermanfaat untuk pembaca dalam memahami korelasi antara lingkungan dan kemiskinan.
2.      Penulis berusaha membagi ilmu pengetahuan kepada para pembaca bahwa lingkungan hidup itu penting untuk dijaga.
3.      Penulis juga berharap para pembaca bisa mengambil pesan moral bagaimana masyarakat yang tidak mampu bisa menyelamatkan lingkungan.
4.      Penulis sangat mengharapka kritik membangun dalam proses penyempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Suharto,Edi,P.Hd. membangn masyarakat memberdayakan masyarakat. 2006. Ferlika Aditama. Bandung.
Heddy, suwasono. Permasalahan lingkungan pertanian. 2010. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.


























perspektif pengunjung dan masyarakat terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean gunung kawi

LAPORAN PENELITIAN
PERSPEKTIF PENGUNJUNG DAN MASYARAKAT TERHADAP POLA INTERAKSI DAN BUDAYA MASYARAKAT PESAREAN GUNUNG KAWI
Proposal Ini Diajukan Guna Memenuhi Mata Kuliah
Sistem Sosial Dan Budaya Indonesia
LOGO+UNITRI.jpg



Dosen Pengasuh : Nanang Bagus Sriharjono, S.Sos.,M.AP.


Di Susun Oleh :

VINSENSIUS ATMAT JAYA
                                                                  
2013210105







PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANAN TUNGGADEWI MALANG
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan yang maha esa. Karena berkat karunia-nya saya dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian dengan baik. Tidak lupa juga saya ucapkan terimaksih kepda Bapak Nanang Bagus Sriharjono,S.Sos.,M.AP selaku dosen pengampu mata kuliah sistem sosial dan budaya indonesia yang telah membimbing dan mengarahkan proposal ini dengan judul perspektif pengunjung dan masyarakat terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean gunung kawi bisa selesai dengan baik. Makalah saya ini bertujuan untuk menambah wawasan dan menyediakan informasi bagi para pembaca. Makalah ini berusaha untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam berpikir, mengkaji, menguji teori ini dan tidak serta percaya begitu saja dengan teori ini tetapi lebih kritis lagi dalam menerima pengetahuan. Akhirnya makalah ini membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk mengevaluasi dan memotivasi penulis untuk mencapai kesempurnaan makalah ini.






















Malang, 2014
Penulis








i

Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Pendahuluan......................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
1.4. Manfaat......................................................................................................................... 2
Tinjauan Pustaka.................................................................................................................. 3
2.1. Penelitian Terdahulu..................................................................................................... 3
2.2. Perspektif....................................................................................................................... 3
2.3. Masyarakat................................................................................................................... 5
2.4. Interaksi Sosial.............................................................................................................. 6
2.5. Budaya........................................................................................................................... 6
Metodologi Penelitian.......................................................................................................... 7
3.1. Desain Penelitian.......................................................................................................... 7
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian...................................................................................... 7
3.3. Fokus Penelitian........................................................................................................... 7
3.4. Teknik Pengambilan Subjek........................................................................................ 7
3.5. Teknik Pengambilan Data............................................................................................ 7
3.6. Analisa Data.................................................................................................................. 7
3.7. Keabsahan Data............................................................................................................ 8
Hasil Dan Pembahasan........................................................................................................ 9
4.1. Profil Desa Wonosari Secara Umum...........................................................................  9
4.2. Perspektif Pengunjung Dan Masyarakat................................................................... 10
4.3. Pola Interaksi Masyarakat.......................................................................................... 11
4.4. Budaya Masyarakat..................................................................................................... 11
Penutup................................................................................................................................. 12
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 12
5.2. Saran Dan Opini............................................................................................................ 12

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 13






 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Desa wonosari adalah suatu desa yang terkenal dengan wisata ziarah yang beraneka ragam. Proses asimilasi terjadi karena adanya proses interaksi di warga masyarakat. Hal ini bisa diperhatikan lewat bangunan-bangunan lokasi wisata.
Desa wonosari adalah tempat sakral (suci) dimana di lokasi tersebut terdapat makam kedua tokoh agama islam dari kerajaan mataram abad ke-19. Karena kegagahan mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia sehingga banyak orang yang datang untuk berziarah.
Pada tahun 1980-an desa wonosari yang disebut kawasan pesarean gunung kawi menjadi tempat wisata ziarah. Selain itu, terdapat dua arsitektur baru yaitu kuil dewi kwan im dan ciamsi. Hal tersebut menjadikan kawasan tersebut membawa perubahan yang tidak hanya terjadi bagi masyarakat gunung kawi tetapi juga bagi setiap pengunjung. Pengunjung yang datang tidak hanya di dominasi oleh pengunjung islam. Selain itu, berkembangnya status pesarean dari kawasan ziarah menjadi kawasan wisata menjadikan banyak pengunjung yang berdatangan.
Berkembangnya kawasan pesarean gunung kawi menjadi wisata daerah tentu membawa alasan yang logis, yakni menumbuhkan semangat ekonomi, dimana masyarakat mengalami kemajuan di bidang sarana dan prasarana, lapangan pekerjaan, dan masyarakat yang beralih profesi.
Segi positif di atas merupakan hasil dari interaksi masyarakat sekitar dengan para pengunjung. Masyarakat sangat antusias menyambut setiap pengunjung yang datang. Apalagi pada saat perayaan gebyar 1 syuro kemarin, partisipasi masyarakat sangat tinggi. Namun ada juga masyarakat yang memiliki perspektif kalau gunung kawi adalah tempat pesugihan. Perspektif tersebut menjadi berita yang semakin luas sehingga banyak orang datang ke kawasan tersebut untuk mencari pesugihan. Buktinya dapat terlihat, banyak pengunjung yang datang berdoa di bawah pohon dewandaru dengan harapan akan kaya dengan kejatuhan buah atau daun pohon dewa ndaru. Ada juga pengunjung yang datang tidur di sekitar makam dengan harapan mereka di beri ilham atau pewahyuan.
Berangkat dari hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, perspektif pengunjung terhadap kawasan wisata gunung kawi, pola interaksi masyarakat, dan perkembangan sosial dan ekonomi timbul satu pemikiran penulis untuk melakukan penelitian dengan perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean gunung kawi.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : mengetahui perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean gunung kawi.
1.3. Tujuan penulisan
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengetahui apa yang melatarbelakangi munculnya pesarean gunung kawi serta mengetahui secara mendalam perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean gunung kawi.
1.4. Manfaat
1.      Memberikan informasi yang akurat bagi para pembaca tentang perspektif pengunjung terhadap pola interaksi dan budaya masyarakat pesarean gunung kawi.
2.      Sebagai bahan referensi untuk kemajuan desa wonosari dan peneliti.  









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
      Beberapa penelitian terkait persepsi  masyarakat terhadap pesarean gunung kawi. Irawati (2007), melakukan penelitian dengan judul “ persepsi masyarakat tentang pesarean masyarakat kawi” : studi pada pengunjung obyek wisata pesarean gunung kawi. Penelitian ini bertujuan bagaimana mengetahui persepsi pengunjung tentang pesarean gunung kawi. Tipe penelitian yang dipakai adalah penelitian deskripsi dengan jenis data kualitatif dimana sifatnya alamiah, penelitian deskripsi dimaksudkan untuk klasifikasi mengenai satu fenomena atau kenyataan sosial, pendekatan yang dipakai lebih bersifat natural setting. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah wawancara atau interview, observasi dan dokumentasi. Teknik analisa data penelitian dengan pendekatan kualitatif yang pada prinsipnya berproses dalam induksi, interpretasi, dan konseptualisasi.
      Setelah melewati berbagai penelitian akhirnya dapat diketahui hasil penelitian ini bahwa persepsi pengunjung pesarean gunung kawi cukup bervariasi disamping mereka yang paham terhadap komponen-komponen didalam pesarean gunung kawi tersebut, ada juga pengunjung pesarean yang kurang paham terhadap komponen-komponen didalam pesarean gunung kawi. Untuk mereka yang paham adalah mereka yang sering berkunjung sedangkan responden yang kurang paham adalah mereka yang baru pertama kali atau belum pernah berkunjung. Sementara persepsi negatif adanya pesugihan adalah mereka yang baru pertama kali datang berziarah.
2.2. Perpsektif
      Perspektif merupakan  kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang suatu hal, dengan perspektif orang akan memandang suatu hal berdasarkan cara-cara tertentu. Perspektif adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, dan gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional.
      Perspektif sosiologi menekankan pada konteks sosial dalam mana manusia hidup. Perspektif sosiologi mengkaji bagaimana konteks tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. Inti dari perspektif sosiologi adalah pertanyaan bagaimana kelompok mempengaruhi manusia, khususnya bagaimana manusia mempengaruhi masyarakatnya. Beberapa manfaat dari perspektif sosiologi adalah sebagai berikut :
1.      Menantang (mendorong) untuk meninjau kembali pemahaman kita dan orang lain tentang pemahaman yang familiar.
2.      Memungkinkan kita untuk memperoleh dan mengetahui kesempatan atau dan kendala dalam kehidupan kita.
3.      Memberdayakan kita untuk menjadi lebih aktif berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat menuju kebaikan bersama.
4.      Menolong kita untuk mengenali perbedaan (pluralitas) manusia dan menghadapi tantangan kehidupan dalam dunia yang bervariasi (diverse).
(Sumber : Zainal Muttakim, 2011).
Berdasarkan perspektif struktural fungsional ada beberapa ciri-ciri pokok, antara lain :
1.      Gagasan tentang kebutuhan masyarakat (social needs).
2.      Masyarakat serupa dengan organisme biologis.
3.      Masyarakat sebagai sistem sosial.
      Talcot parsons berpendapat bahwa mempelajari masyarakat sama dengan mempelajari tubuh manusia. Struktur tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai kelembagaan yang saling terkait dan bergantung satu sama lain. Oleh karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, begitu pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas  dan pertumbuhan masyarakat tersebut. Functional imperative menggambarkan empat tugas utama yang harus dilakukan agar masyarakat tidak mati, yaitu :
1.      Adaptation the environment. Contohnya lembaga ekonomi.
2.      Goal attainment. Contohnya pemerintah mencapai tujuan bersama.
3.      Latentcy. Contohnya Keluarga dan lembaga pendidikan bertugas untuk usaha pemeliharaan.
4.      Integration. Contohnya lembaga hukum dan agama.
      Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan parsons merumuskan konsep keseimbangan dinamis- stasioner, jika satu bagian tubuh manusia berubah maka bagian lain akan mengikutinya. Demikian juga dengan masyarakat, masyarakat selalu mengalami perubahan tetapi teratur. Perubahan sosial terjadi pada satu lembaga akan berakibat di lembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru.
2.3. Masyarakat
      Masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggotanya (Emile Durkheim, 1951). Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat atau community. Community mempunyai dua arti (Talizi, 1990:49) adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai kelompok sosial yang bertempat tinggal di lokasi yang sama, memiliki kebudayaan dan sejarah yang sama.
2.      Sebagai suatu pemukiman yang terkecil di atasnya ada kota kecil (town), dan di atas kota kecil ada kota besar (city).
Komunitas adalah manusia yang hidup bersama dalam ekologi setempat dengan batasan wilayah yang biasa (Wilkinson, 1986). Masyarakat akan di sebut hidup jika didalamnya terdapat sebuah pergaulan atau kehidupan bersama, maka masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Manusia yang hidup bersama
Secara teoritis jumlah manusia yang hidup bersama itu ada dua orang. Dalam ilmu sosial, khususnya sosiologi tidak ada ukuran mutlak atau angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang ada.
2.      Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama.
3.      Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan (Emile Durkheim Dalam Buku Soleman B. Taneko, 1984 :11). Definisi lain menyebutkan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiyu, dan yang terikat oleh suatu ras identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri, yaitu :
a.       Interaksi antar warga-warganya.
b.      Adat istiadat.
c.       Kontinuitas waktu.
d.      Ras identitas kuat yang mengikat semua warga.
(Koentjaraningrat, 2009 :115-118).

2.4. Interaksi sosial
      Soerjono soekanto berpendapat bahwa interaksi sosial adalah proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan sosial. Bahwasanya masyarakat adalah hasil dari pertemuan antara individu-individu baik yang di sengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu interaksi sosial masyarakat akan selalu mengalami perubahan sosial dalam suatu sistem sosial. Perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan (Hawley, 1978 :787). Interaksi sosial akan berlaku dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dilakukan dengan baik pula. Menurut soerjono soekanto interaksi tidak akan terjadi tanpa ada syaratnya, antara lain sebagai berikut :
a.       Komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana kita bisa memahami dan dipahami. Proses dinamis dan secara konstan (Anderson, 1959). Dalam interaksi komunikasi sangat dibutuhkan guna terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok sosial. Komunikasi hal utama yang perlu dikaji dalam interaksi sosial apalagi di masyarakat yang majemuk.
b.      Kontak sosial
Kontak berasal dari bahasa inggris “contact” artinya menyentuh. Berarti kontak sosial adalah bersama-sama menyentuh.
2.5. Budaya
      Budaya  atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah” yang bearti budi atau akal. Menurut Edward B.Taylor kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Dalam budaya sering kita jumpai istilah adat istiadat. Adat istiadat merupaka tradisi atau kebiasaan yang nantinya menjadi budaya. Adat istiadat adalah dalil dan ajaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam masyarakat.  Adat yang lebih nyata yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Mohammad Daud Ali, 1999:196).




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.  Desain penelitian
       Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi partisipan. Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif dengan sifat alamiah. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengklarifikasi satu realita sosial atau fenomena, dengan pendekatan natural setting. Peneliti sebagai alat utama untuk mengumpulkan data, baik observasi maupun teknik wawancara.
3.2.  Lokasi Dan Waktu Penelitian
       Penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata pesarean gunung kawi Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang dan penelitian ini laksanakan pada hari jumat-sabtu 24-25 oktober 2014.
3.3.  Fokus Penelitian
       Dari semua penjelasan sebelumnya peneliti hanya memfokuskan penelitian ini pada scope sebagai berikut :
1.      Perspektif yang dimiliki masyarakat dan pengunjung pada pesarean gunung kawi.
2.      Pola interaksi masyarakat dan pengunjung di pesarean gunung kawi.
3.      Budaya masyarakat pesarean gunung kawi.
3.4.  Teknik Pengambilan Subjek
       Sampel diambil secara accidental sampling technique, tujuannya adalah untuk memperoleh informasi pertama dengan mewawancarai pengunjung atau masyarakat setempat. Untuk pengunjung yang dijadikan sampel adalah mereka yang baru pertama kali datang, sering datang, dan jarang datang ke pesarean gunung kawi.
3.5.  Teknik Pengumpulan Data 
            Teknik yang peneliti gunakan pada saat melaksanakan penelitian adalah dengan wawancara atau interview, namun lebih dominan pada observasi.
3.6.  Analisa Data
       Peneliti menggunakan grounded theory dalam menganalisa data. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.      Mengorganisir data
2.      Membaca semua data.
3.      Membentuk kelompok fenomena yang dipelajari (open coding).
4.      Mengidentifikasi peristiwa, melakukan penyelidikan, dan menggambarkan peristiwa yang terjadi (axial coding).
5.      Mengidentifikasi alur ceritanya (selective coding).
3.7.  Keabsahan Data
Data memiliki kredibilitas yang tinggi karena melalui triangulasi dan peer debriefingterhadap apa yang ditemukan di lapangan. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk fenomena yang sama.






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.6.  Profil Desa Wonosari Secara Umum
       Wonosari adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Jawa Timur. Desa wonosari terletak dilereng selatang gunung kawi, dengan ketingggian ± 800 meter di atas permukaan laut yang merupakan hasil pemekaran desa kebobang kecamatan ngajum pada tahun 1986  menjadi desa wonosari kecamatan wonosari dengan jumlah penduduk 6.677 jiwa. Desa wonosari terbagi atas empat (4) dusun, yaitu :
1.      Dusun wonosari.
2.      Dusun sumbersari.
3.      Dusun pijiombo.
4.      Dusun kampung baru.
       Dari keempat dusun di atas masing-masing memiliki karakteristik dan historis yang berbeda-beda. Kedudukan desa wonosari merupakan desa wisata ritual. Hal ini menjadikan desa wonosari banyak didatangi pengunjung baik domestik maupun mancanegara. Dengan perkembangan yang zaman desa wonosari pun berkembang menjadi kawasan pesarean gunung kawi dimana pada setiap tahunnya pihak pemerintah desa beserta warga menyelenggarakan kegiatan yang dinamakan gebyar 1 syuro. Gebyar 1 syuro diadakan guna melestarikan dan mengenang jasa Eyang Djogo dan Eyang Soejono. Kedua tokoh adalah keturunan penguasa keraton mataram yogyakarta yang memerintah di abab yang sama (Soeryowidagdo, 1989:3)
       Berdasarkan historis keberadaan desa wonosari tidak lepas dari keberadaan dua makam bersejarah yang menjadi sentral wisata religi di gunung kawi. Kedua makam itu adalah Mbah Djogo atau kyai zakaria dan RM.Seodjono.Kedua tokoh adalah pengikut dari Pangeran Diponegoro. Eyang djugo adalah penasehat Pangeran Diponegoro yang melarikan diri pasca menyerahnya Pangeran Diponegoro ke tangan Belanda tahun 1830. Beliau melarikan diri ke arah timur pulau jawa, tepatnya di Jawa Timur. Beliau mulai menetap dan menjadi warga kepanjen, malang.
       Pada tahun 1986 desa wonosari adalah desa persiapan setelah pemekaran kecamatan ngajum. Pada saat itu P.J Kepala Desa di jabat oleh bapak Tasmain. Beberapa tahun kemudian pada 7 maret 1989 berkembang menjadi desa definif. Pada tahun 1990 terjadi pergantian kepada desa saat itu dijabat oleh bapak mulyo setiyono hingga tahun 1996. Pada tahun 1998 kepala desa di jabat oleh bapak banjir (PJS) karena bapak mulyo setiyono tidak selesai menjabat. Pada tahun 1998 bapak gigih guntoro terpilih sebagai kepala desa hingga 2006. Pada tahun 2007 pemilihan kepala desa kembali dilakukan dan bapak Kuswanto,S.H. menjabat sebagai kepala desa hingga sekarang.
4.2.  Perspektif Pengunjung Dan Masyarakat Terhadap Pesarean Gunung Kawi
       Perspektif adalah pandangan seseorang terhadap objeknya yang ada di sekitarnya. Setiap orang  pasti memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam menilai atau memperhatikan objek yang ada. Sebut saja objeknya adalah apa yang ada di kawasan pesarean gunung kawi. Dari hasil penelitian, peneliti mengklasifikasi ada beberapa perspektif.
       Dari observasi yang dilakukan peneliti melihat bahwa pengunjung yang datang memiliki tujuan yang beragam. Kawasan pesarean banyak dikerumni pengunjung yang datangn dari berbagai kota dan negara. Pada observasi peneliti lebih terfokus pada kawasan makam Eyang Djugo atau Kyai Zakaria. Peneliti melihat ada keunikan yang terjadi di sekitar makam. Para pengunjung lebih memilih tidur di jalan atau sekitar makam yang sebenarnya bukan tempat tidur layak. peneliti mewawancarai seorang bapak yang bernama johan. Beliau adalah pengunjung yang boleh dikatakan sering berkunjung ke pesarean gunung kawi.
        Berdasarkan keterangan yang beliau lontarkan bahwa pengunjung yang datang bukan saja didominasi pengunjung islam saja, tetapi ada juga kristen, hindhu, budha, dan lainnya. Beliau adalah berkeyakinan budha yang tujuan datang ke pesarean gunung kawi untuk menenangkan diri atau refreshing. Beliau juga mengatakan bahwa pengunjung yang datang dan tidur di kawasan makam Eyang Djugo memiliki tujuan supaya mendapat ilham atau pewahyuan dari roh-roh gaib di sekitar makam. Peneliti menyimpulkan bahwa dari kebanyakan pengunjung yang datang dan berkunjung adalah mereka yang sedang libur atau mengisi kekosongan liburan sambil menonton gebyar 1 syuro.
Bukan hanya pengunjung yang memiliki perspektif terhadap pesarean gunung kawi. Peneliti juga mengamati kegiatan sehari-hari masyarakat setempat. Masyarakat setempat lebih banyak menggantungkan hidupnya sebagai petani dan profesi yang berkaitan dengan kawasan wisata. Peneliti juga mewawancarai salah seorang masyarakat asli Rw 09 yang bernama Dian. Dian atau mas Dian ini adalah warga asli gunung kawi. Dia menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat setempat. Dia juga sempat menjelaskan bahwa perilaku sosial ekonomi masyarakat setempat adalah mengandalkan sektor pariwisata. Dengan berjualan makanan, bunga, dan pernak-pernik. Dian juga menjelaskan kalau masyarakat pesarean hanya akan ramai dikunjungi pada saat jumat legi atau gebyar 1 syuro. Pada hari biasa tidak tampak aktivitas yang mencolok.
4.3.  Pola Interaksi Masyarakat Pesarean Gunung Kawi
       Masyarakat pesarean gunung kawi cenderung memiliki sikap yang ramah. Terbukti saat peneliti melakukan wawancara, warga setempat sangat mengapresiasi maksud kedatangan kami. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap interaksi yang terjadi di masyarakat. Masyarakat pesarean gunung kawi cenderung memiliki kepentingan yang berbeda. Bahkan masyarakat setempat lebih mementingkan jenis usaha mereka daripada hal yang bersifat gotong royong. Terlihat bahwa kawasan wisata atau di sepanjang jalan yang kotor dan tidak ada upaya dari pemerintah desa untuk menggerakkan warga untuk bekerja bakti. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa dalam memelihara fasilitas umum masyarakat setempat kurang peduli. Kurangnya sosialisasi juga menjadi penyebab utama masyarakat tidak antusias dalam kegiatan tersebut.peneliti juga melihat bahwa antara pemerintah desa dengan masyarakat memiliki interaksi yang boleh dikatakan kurang baik. Terbukti yang terlibat dalam kegiatan hanya orang-orang yang dekat dengan kepala desa.
4.4.  Budaya Masyarakat Pesarean Gunung Kawi
       Budaya erat kaitannya dengan tradisi yang ada di kawasan pesarean gunung kawi. Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti melihat bahwa budaya masyarakat pesarean masih sangat kental dengan tradisi atau ritual adat jawa pada umumnya.
       Pada budaya gunung kawi terdapat keunikan tersendiri diantaranya adalah warga desa wonosari terdiri dari beragam suku bangsa, ada yang jawa, madura tionghoa dan sebagainya. Pada saat perayaan gebyar 1 syuro semua perempuan diwajibkan memakai kebaya dan mengikuti adat jawa. Setiap RW wajib membuat ogo-ogo raksasa yang menelan biaya puluhan juta rupiah. Tak dapat dipungkiri bahwa keunikan desa wonosari menjadi keunikan yang khas dan sudah tersohor ke seluruh nusantara bahkan sampai ke negara tetangga.
Masyarakat desa wonosari boleh dikatakan masyarakat yang heterogen karena memiliki berbagai kepentingan yang berbeda. Namun demikian mereka tetap menjaga kerukunan dalam bermasyarakat, saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Karena bagi mereka, hidup rukun itu sangatlah penting di terapkan di pesarean gunung kawi. Tanpa di sadari pergeseran budaya religi pun terus terjadi, kawanan pesarean yang dikenal dengan kawasan wisata religi kini sudah berubah menjadi kawasan untuk mencari kepentingan pribadi semata. Namun pengaruh tersebut tidak mengurangi semangat masyarakat pesarean dalam melestarikan budaya yang menjadi keunikan desa wonosari secara spesifiknya, kabupaten malang pada umumnya.

BAB V
PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan peneliti menarik beberapa kesimpulan, diantaranya :
5.1.  Kesimpulan
1.      Setiap pengunjung memiliki perspektif yang bervariasi tentang masyarakat pesarean gunung kawi.
2.      Pengunjung memiliki tujuan yang berbeda-beda berziarah ke gunung kawi.
3.      Masyarakat pesarean gunung kawi cenderung bersifat heterogen.
4.      Pengunjung yang datang sangat beragam, mulai dari islam, hindhu, budha, kristen dan lain sebagainya.
5.      Masyarakat pesarean gunung kawi masih memegang erat budaya ritual sebagai tradisi adat jawa pada umumnya.
6.      Masyarakat pesarean gunung kawi cenderung tidak memiliki komunikasi yang dekat dengan sesamanya. Dikarenakan mereka lebih mementingkan kepentingan masing-masing.
5.2.  Saran Dan Opini
1.      Peneliti berharap hasil penelitian ini berguna untuk setiap yang membacanya.
2.    Perlu perhatian khusus untuk kawasan wisata seperti pesarean gunung kawi.
3.    Perlu ada perbaikan fasilitas umum supaya sarana yang ada dapat digunakan lebih memadai lagi.
4.    Perlu adanya komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang terlibat dalam memperingati gebyar 1 syuro.
5.    Perlu perhatian dari pemerintah desa setempat kepada setiap mahasiswa yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan yang di adakan.
6.    Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
                                                           DAFTAR PUSTAKA             
Alimandan . 2004. Sosiologi Perubahan Sosial . Prenada Media. Jakarta Timur.
Irawati, Dinnie. 2007. Persepsi Masyarakat tentang Pesarean Gunung Kawi : Studi pada Pengunjung Obyek Wisata Pesarean Gunung Kawi. (14/06/2012). 

Zaenal, Muttaqin. 2011. Sosiologi dan Politik. Universitas Serang Raya.

Wagiyo. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, Hlm. 5